BACAAN QURAN

Listen to Quran

Monday 29 February 2016

HIDUP SEDERHANA

Dalam sistem kapitalis, kebahagiaan diukur dengan material. Hidup masa ini tidak sah tanpa berbagai atribut kemewahan. Banyak  yang selalu merasa tidak cukup, meski sudah hidup layak. Hidup sederhana menjadi barang langka.  Saking tidak bisanya hidup sederhana, ada orang yang sedang dihukum pun nekad membawa kemewahan ke dalam penjara. Kalau pun ada (banyak) orang yang hidup sederhana, itu karena terpaksa hidup seadanya akibat terjepit nasib dan pemiskinan.

Perilaku hura-hura dan konsumtif sudah menjadi budaya. Keinginan hidup mewah bukan hanya di kalangan berada, tetapi juga di kalangan golongan kurang mampu. Kemewahan bukan lagi sekedar pamer materi, tetapi memanipulasi suatu keinginan sehingga menjadi keharusan demi kepuasan. Akibatnya, tindak korupsi dan kriminalitas merajalela.

Keadaan ini sudah demikian parah dan membahayakan. Oleh karena itu, kita harus mulai dari sekarang gerakan hidup sederhana.

Perintah Hidup Sederhana


Perilaku hidup sederhana bertentangan dengan pola hidup konsumerisme, yang memandang kebahagiaan individu hanya dapat dicapai dengan mengkonsumsi, membeli dan memiliki apapun yang diinginkan meskipun melebihi batas kebutuhan dasar.

Islam mengajarkan agar kita membelanjakan harta tidak secara berlebih-lebihan dan tidak pula kikir (QS Al-Furqaan 25: 67). Islam mengecam orang yang menumpuk harta dengan memasukannya ke neraka Huthamah (QS. Al-Humazah: 1-9). Mereka yang suka menimbun emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah, diancam dengan siksaan pedih dan menyakitkan (QS. At-Taubah: 34).

“Orang yang mencapai kejayaannya ialah orang yang bertindak di atas prinsip Islam dan hidup secara sederhana
. (HR. Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah).

Setiap muslim harus waspada terhadap apa yang dimilikinya, janganlah sesuatu yang diharamkan Allah, tidak berlebih-lebihan, tidak boros dan bermain-main dengan harta. Jika dia mempunyai harta yang banyak dan rezkinya lapang, lebih baik memberi shadaqah kepada fakir miskin.

Nabi Teladan Hidup Sederhana

Selama hidupnya Nabi penuh kesederhanaan, baik dalam sikap perilakunya maupun apa yang dimilikinya: sandang, pangan, papan dan segala kebutuhan pokok. Termasuk dalam membelanjakan uang negara. Keempat khalifah setelah beliau tetap mempertahankan hidup yang sederhana.

Nabi hidup sederhana bukan karena miskin. Nabi sebagai seorang kepala negara bisa hidup mewah, kalau mau. Faktanya Nabi saw sanggup memberikan kambing sebanyak 1 bukit kepada seorang kepala suku yang baru masuk Islam, Malik bin Auf. Dengan kesederhanaan keluarga Nabi, beliau bisa mengoptimalkan hartanya untuk kesejahteraan rakyatnya, kepentingan dakwah dan jihad fi sabilillah. 

Nabi menolak tempat tidur yang empuk. Bantal Nabi terbuat dari kumpulan sabut kelapa. Tikar yang beliau gunakan untuk tidur meninggalkan bekas dipunggungnya. Saat meninggal dunia, beliau dalam keadaan berbaring ditempat tidur dengan menggunakan selimut kasar dan pakaian yang sangat sederhana.
Rasulullah saw bersabda: “Makanlah dan minumlah, berpakaian, dan bersedekahlah, tanpa berlebihan dan tidak sombong” (HR. Ahmad).  Nabi makan hanya beberapa suap saja, asal cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. 
Para sahabat Rasulullah saw pada suatu hari menyebut-nyebutkan di sisi beliau itu tentang hal dunia -yakni perihal kesenangan, kekayaan dan lain-lain. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Tidakkah engkau semua mendengar, tidakkah engkau semua mendengar bahwa badzadzah (keadaan yang serba kusut dan meninggalkan pakaian yang indah-indah) itu termasuk keimanan, bahwa badzadzah itu termasuk keimanan.” Yakni taqahhul (orang yang kering kulitnya karena keadaan hidupnya yang serba kasar dan meninggalkan kemewahan dalam segala hal) (HR Abu Dawud).

Rasulullah saw diberi hadiah sejenis pakaian luar dari sutera. Beliau memakainya untuk mendirikan salat. Ketika selesai salat, beliau segera menanggalkannya dengan keras seperti tidak menyukainya, kemudian bersabda: “Tidak pantas pakaian ini untuk orang-orang yang bertakwa” (HR Muslim). 

Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa mengenakan pakaian sutera di dunia, maka ia tidak akan memakainya di akhirat” (HR Muslim).

Dari Qatadah ia berkata: Kami bertanya kepada Anas bin Malik: “Pakaian apakah yang paling disukai dan dikagumi Rasulullah saw?” Anas bin Malik ra menjawab: “Kain hibarah (pakaian bercorak terbuat dari kain katun)”. (HR Muslim).

Ibn Sina pernah berkata “Berkah dan Hikmah dari Allah tidak akan masuk ke dalam perut yang sudah penuh dengan makanan. Barang siapa sedikit makan dan minumnya, maka akan sedikit pula tidurnnya. Barang siapa sedikit tidurnya, maka akan terlihat jelas dan nyata berkah pada umur dan waktunya.”

Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian minum di bejana emas dan perak, janganlah kalian makan di piring emas dan perak, karena emas dan perak itu milik mereka (orang-orang kafir) di dunia dan milik kalian di akhirat” (Diriwayatkan Al-Bukhary, Muslim, Abu Daud, Ahmad, At-Tirmidzy, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Hikmah Hidup Sederhana


Kehidupan kita menjadi tenang dan harmonis, sebab berbelanja sesuai kemampuan.  Orang yang sederhana, hidupnya tidak diburu oleh nafsu yang membinasakan, pikiran selalu kurang, dan berbagai ambisi yang membuat jiwa semakin kering.

Menghindari sikap hidup boros dan berlebih-lebihan, yang berakibat menimbulkan penyesalan, kerugian, lilitan hutang,  harta terbuang-buang percuma dan tersalurkan kepada sesuatu yang tidak semestinya.
Kemewahan membuat seseorang hanya sibuk memikirkan diri sendiri, dan selalu merasa kurang.Hidup sederhana, membuat kita memiliki kelebihan harta untuk membantu fakir miskin (baik zakat, infak, sodaqoh dan hibah). 

Kesederhanaan bisa menimbulkan empati dan merekatkan semua kelompok dalam masyarakat. Orang kaya yang sederhana, mudah membangun relasi dengan orang miskin. Pemimpin yang sederhana bisa berinteraksi dengan rakyatnya tanpa ada jurang pemisah,  dan dicintai rakyatnya. Pemimpin yang hobi menumpuk harta akan dibenci dan ditumbangkan rakyatnya.

Orang yang hidup sederhana, ketika kekurangan tidak menghalalkan segala cara untuk memperoleh harta agar dihormati. Ketika mempunyai harta lebih, tidak tergoda untuk bermewah-mewahan, menumpuk harta, dan memanjakan diri dengan segala fasilitas serba lux.

Tips Hidup Sederhana


Tanamkan bahwa nilai kebahagiaan hidup adalah menggapai ridho Alloh, dengan memperbanyak ketaatan kepada Alloh SWT. Sumber kebahagiaan bukan materi. Bangun sikap qona’ah, yaitu merasa rela menerima segala pemberianNya dan selalu merasa cukup dengan apa yang ada.

Berbelanja barang yang dibutuhkan dan berdasarkan fungsinya. Bukan berdasarkan nafsu dan gengsi, serta tidak berlebihan, sehingga tidak habis waktu untuk merawat harta yang kita miliki. Waktu yang ada bisa lebih banyak digunakan untuk beribadah.

Meningkatkan iman dan memperbanyak amal sholih dengan niat ikhlas karena Alloh semata. Sehingga visi dan misi hidup semakin jelas.

Meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit, sehingga kita selalu berusaha memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada sesama manusia. Hidup kita akan terasa panjang, indah, dan selalu penuh nilai.

Memperbanyak sedekah sebagai tanda syukur terhadap nikmat yang ada, dan sabar jika diberi kesempitan. Peduli terhadap penderitaan orang lain. Mengutamakan kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan daripada dirinya sendiri.

Hidup sederhana harus ditanamkan sejak dini dalam lingkungan keluarga, agar perilaku dan pola pikir hidup sederhana betul-betul menjadi jalan hidup (way of life) bagi seluruh anggota keluarga muslim. Imam Ghozali: “Tidak boleh orangtua membiasakan anaknya hidup enak bergelimangan harta, memakai perhiasan dan alat-alat yang serba lux. Jika anak dibiasakan sejak dini dengan gaya hidup mewah, maka ia akan menghabiskan umurnya dalam kehidupan yang serba mewah itu. Akibatnya, ia akan jatuh ke dalam jurang kehancuran selama-lamanya”. 
Copy n paste,

[Ummu Hafizh]

Thursday 25 February 2016

Mencari Diri.

AKU adalah diri yang sebenar-benar diri

AKU....Siapa AKU ..Perlukah kita mencari AKU...Pentingnya AKU

“Aku”

AKU adalah diri yang sebenar-benar diri (diri sejati). AKU adalah ROHULLAH yang datangnya dari Zatullah. Menyatakan akan Ujudullah, AKU lah yang dinamakan AMAR ROBBI iaitu urusan Tuhan.

AKU yang hidup datangnya dari Yang Maha Hidup yang bersifat ghaib ( nagetif ) yang datang dari Yang Maha Ghaib. Tatkala Zatul Haq ingin menyatakan akan diriNya maka DIA (Zatul Haq) mentajallikan akan Nur-Nya yang dinamakan kini Rohullah atau AKU. Kini AKUlah yang nyata dan AKU merupakan sifatNya.

Sebagaimana firman nya…

Kulli rohi min amri robbi

(setiap roh itu adalah urusanku)
Ramai yang mencari AKU namun jarang yang ketemu. Ini kerana AKU berada jauh didalam RASA iaitu dialam rasa yang mendalam. Dimanakah AKU berada tentunya pada badan iaitu didalam badan diri.

Kalau ada yang mahu mencari AKU maka katakanlah AKU ada tetapi tiada, AKU tiada tetapi ada. Ada pada hakikat namun tiada pada rupa. AKU yang tidak berupa merupakan sumber atau daya-daya Qudratullah yang hidup lagi menghidupkan kerana AKU adalah Hayatullah yang asal berasal dari Zatullah.

Bila kita membicarakan "ILMU MENGENAL DIRI" tentu ramai dari kita yang akan menyangka bahawa yang akan di bicarakan ialah Diri yang kelihatan iaitu jasad kasar kita ini atau yang di kenali dengan panggilan Badan, tapi sebenarnya tidak. Diri yang di maksudkan itu ialah Diri Sebenar Diri, yang duduknya di dalam Jasad atau badan kasar kita ini. Untuk itu kita haruslah memahami yang mana jasmani dan yang mana rohani, yang mana diri terdiri dan diri terperi, yang mana jiwa dan yang mana raga dan yang selalu jadi sebutan orang ya itu yang mana zahir dan yang mana batin. Kita harus nya faham perbezaan dua kata kata ini, sebelum kita lafaskannya.



Jasmani tentunya berbeza dari Rohani, Jiwa berbeza dari Raga dan pastinya zahir berbeza dari batin, Jika tidak mengapa ada dua perkataan tersebut yang sentiasa menjadi sebutan kita?

Kita semua tahu dan selalu menyebut akan kalimah ini, tapi tahukah kita perbezaan antara keduanya?? Perbezaan ini lah yang ramai antara kita tidak dapat menerangkan dengan jelas apa lagi untuk dapat merasakan perbezaannya.

Kebanyakan dari kita berangapan bahawa jasad kasar kita ini atau badan kita ini lah di panggil "Diri" dan dapat hidup sendiri sendiri, tetapi sebenarnya Jasad atau Badan kasar kita ini yang kita jaga dan perindahkan ini, sebenarnya ialah benda mati, yang tidak dapat berbuat apa apa jika tidak ada "Penghidupnya" yang duduk nya didalam jasad itu sendiri. Penghidup ini lah yang dipanggil Diri Sebenar Diri. Diri yang berdiri dengan sendiri dan yang ujud apabila Roh memasuki Jasad , oleh itu faham lah kita bahawa Diri sebenar Diri ujud sesudah Roh berada di dalam Jasad.

Perlulah di ketahui bahawa kita ini secara amnya terbahagi kepada 2, iaitu yang dipanggil Jasmani (Jasad) dan Rohani.Atau ada juga orang memanggil Jiwa dan Raga dan banyak lagi nama nama yang di beri kepada Diri dan jasad untuk mudah di fahami dan mengikut perguruan tertentu.



Renung kembali kesah ujudnya Adam

Setelah Malaikat menyiapkan Jasad Adam dan Jasad Adam terbaring kaku, maka Allah pun memerintahkan Roh untuk masuk ke dalam Jasad Adam, dan bertanyalah akan Roh kepada Allah " Ya Allah melalui jalan mana harus aku masuk?" maka Allah pun menjawab, " Masuklah melalui mana mana yang kau senangi" dan seterusnya Roh memasuki Jasad Adam melalui Hidung. Dan seterusnya kita bernafas melalui hidung.

Jadi di sini dapatlah kita fahami bahawa bila Roh masuk ke dalam jasad Adam, barulah Adam hidup dan seterusnya bangun dan berdiri, ini jelas menunjukkan bila Roh masuk kedalam Jasad barulah Jasad hidup atau juga di panggil Bernyawa.



Diri sebenar Diri



Setelah Roh memasukki Jasad, baharulah ujudnya "Diri" atau jelasnya "Diri" ini mendatang kemudian setelah Roh memasuki jasad.

Keterangan ringkasnya ialah, Roh itu adalah Cahaya dan bila ia memasukki jasad maka cahaya tadi memenuhi ruang jasad di dalam dan akan menjadi saperti jasad nya sendiri. Maka dengan sebab ini lah "Diri" itu rupanya sama dengan jasadnya sendiri, tapi ianya ghaib. Dan harus diingat hanya yang ghaib sahaja dapat menghubungi yang ghaib.

Cahaya (Diri) tadi mengalir ke seluruh jasad di dalam, dan dia lah yang menjadi "Penghidup" kepada Jasad. Dia lah hidup sebenar benar hidup, lagi menghidupkan.





BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA NESCAYA KENALLAH IA AKAN TUHANNYA

Saperti yang telah di terangkan diatas Diri ini rupa nya saperti kita cuma ia nya ghaib dan duduknya di dalam jasad kasar kita ini, dan tugas nya menghidupkan jasad kita dan dia juga di panggil nyawa dan macam macam nama lagi mengikut Aliran Perguruan yang mengajar Ilmu Mengenal Diri ini. Walau bagaimana pun perlu di tegaskan disini semua Aliran Perguruan adalah benar dan mempunyai kelebihan kelebihan tersendiri.

Ini lah Diri Sebenar Diri yang harus di kenal dengan rasa dan perasaan, dan dengan geraknya yang tersendiri. Bagaimana kah cara untuk mengenalnya?

Diri sebenar Diri yang duduk nya dalam jasad itu, dimana tugas nya menghidupkan jasad, dengan cara mengalirkan pancaran cahaya kehidupan di dalam jasad, dan kalau ingin mengenalnya dengan erti kata kenal sebenar benar kenal tentulah kita perlu melahirkan Diri itu.

Kelahiran pertama kita ialah bila Ibu kita melahirkan kita, dan kelahiran kali kedua ialah bila kita berjaya melahirkan Diri Sebenar Diri yang diamnya di dalam jasad kita sendiri dan dengan tugas dan rahsia nya yang tersendiri..........menghidupkan kita, tapi sayang jasad tidak pernah terfikir untuk memikirkan siapakah yang menghidupkan nya.

Dengan itu kenali lah Diri sebenar Diri kita itu, Diri yang banyak daya guna dan banyak menyimpan rahsia, Bukankah dia berasal dari sana................dari Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Besar.

Untuk itu lahirkan lah itu Diri Sebenar Diri, yang maksud nya dengan membuka pintu bagi nya untuk keluar, (jalannya) dan cara melahirkan nya ada 3:



1. Terbuka Sendiri.

2. Membuka dengan Sendiri.

3. Dibuka kan oleh Guru yang Berpengalaman.



Apa Maksud Dibuka ( dilahirkan ).



1. Terbuka Sendiri.

Mengikut pengalaman saya sendiri. saya telah berjumpa dengan 5 insan yang terbuka (terlahir) Diri Sebenar Diri nya, dan keterbukaan Diri ini diperdapatkan nya pada satu hari mereka berdoa dan tiba tiba jari jemari mereka mula menimbulkan satu rasa, di dalam badan mereka terdapat satu rasa dan perasaan, dan tangan mereka seolah menolak atau bergerak perlahan lahan.
Mereka mereka yang mendapatkan nya dengan cara ini selalunya tidak mengetahui dan faham apakah yang terjadi sebenarnya. Mereka perlukan penerangan dan penjelasan dari orang orang yang lebih mengetahui akan ilmu ini.
Mereka mereka yang mendapat cara ini selalunya yang beramal dengan kaedah Tarikat.
2. Membuka dengan sendiri.

Ini boleh dilakukan dengan berdoa untuk di lahirkan Diri Sebenar Diri itu, dan ada juga yang berjaya di izinkan Allah

3. Dibukakan oleh Guru yang berpengalaman

Untuk ini pelajar atau mereka yang ingin di buka perlu duduk dihadapan guru dan akan berzikir bersama sama sehingga Diri itu lahir, dengan izin Allah
Kebanyakan orang akan mempelajarinya mengikut cara ke 3 ia itu dengan di bukakan atau dilahirkan Diri sebenar Diri itu melalui Guru yang membukakannya.

Selalu kita mendengar orang berkata zahir dan batin, luar dan dalam jiwa dan raga, tapi cuba kita renungkan, adakah kita faham apa yang kita katakan?



Kita sebenarnya mempunyai 2 aliran:

1. Aliran Zahir atau Jasmani

Aliran ini bertitik tolak dari bekerjanya Jantung kita. Dan ianya mengaliri keseluruh batang tubuh kita, dan isi kepada aliran zahir ini ialah Darah.
2. Aliran Batin atau Rohani

Aliran ini berisikan daya hidup yang pangkalnya dari "Hidup" yang mengaliri aliran tertentu saperti aliran Jasmani, cuma beza nya aliran ini ialah cahaya kehidupan dan ianya berupa arus letrik. Ini telah di buktikan oleh ahli sain dari Cina dimana mereka berjaya mengambil gambar arus letrik yang mengalir dalam badan manusia ini.


DIRI

Ianya duduk didalam jasad
Rupa nya sama saperti jasad tapi ghaib
Dia lah yang Menghidupkan kita
Punca tenaga
Ia serba tahu kerana datang dari yang Maha Tahu
Dialah yang mengenal Allah kerana dia berasal dari sana



KEHIDUPAN KITA DI DALAM

"Diri" ini lah sebenarnya kehidupan kita yang hidup di dalam jasad dan sememangnya kehidupan kita bermula dari dalam badan kasar kita ini, dia mengisi kehidupan kita dan meliputi keseluruhannya, dan di tutup serta di batasi dengan bulu dan kulit kita, dimana bagi orang luar atau orang nyata, kehidupan di dalam ini nagetif kerana tidak nyata. Tetapi kalau kita mau tau dan mau cuba memahami bahawa sebenarnya, perbetulkan lah kehidupan dalaman kita ini dahulu dan dengan sendirinya kehidupan luaran kita akan sempurna....Insyaallah

Oleh itu kenalilah Diri Sebenar Diri anda dan insyaallah kenal lah ia akan Tuhannya saperti Sabda Nabi junjungan kita" Barang siapa mengenal Diri nescaya kenal lah ia akan Tuhannya"

Di sini penulis persembahkan pula bicara berkenaan Rahsia Ma’rifat. Sebahagian daripada ilmu “petunjuk” daripada Allah Ta'ala kepada hambanya yang terpilih. Pegangilah dan hayatilah ianya di dalam setiap amalan. Sebagai panduan dan persediaan menghadapi-Nya. Insya-Allah….

Adapun Rahsia Ma’rifat itu adalah rahsia bagi diri, tiada siapa pun boleh menghuraikan di atas rahsia diri masing-masing melainkan orang-orang ahli Sufi dan Wali sahaja yang boleh menghuraikan.

Seperti kata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. sesudah beliau menunaikan solat sunnat hajat, lalu ia berkata :

“Ya Tuhanku! Di manakah maqam yang yang lima itu di dalam diri hamba? Iaitu yang pertama Subuh, kedua Dzohor, ketiga ‘Asar, keempat Maghrib dan kelima Isya'.”

Maka tatkala itu bergerak-geraklah seluruh anggotanya maka diketahuilah beliau tentang kedudukan maqam yang lima itu. Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti daripada satu waktu kepada satu waktu.

1. Pada waktu Subuh maka bergerak-geraklah perumahan hatinya maka berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya Subuh itu bermaqam di hati hamba.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah pada waktu Dzohor.

2. Apabila sampai pada waktu Dzohor, maka berdenyut lagi hatinya. Tatkala itu terasalah ia suatu benda yang pahit mengalir di batang lehernya. Maka berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah aku bahawasanya waktu Dzohor itu bermaqamnya pada hempedu ku.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah ia pada waktu ‘Asar.

3. Apabila sampai pada waktu ‘Asar maka bergeraklah berhampiran dadanya sebelah kiri. Maka katanya lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Ketahuilah hamba bahawasanya waktu ‘Asar itu bermaqamnya pada paru-paru hamba.” Maka berzikirlah lagi ia sampailah pada waktu Maghrib tiada ia berhenti-henti.

4. Setelah sampai pada waktu Maghrib berdenyut-denyutlah di dalam dadanya. Setelah diperhatikan denyutan itu, maka ia berkata lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya waktu Maghrib itu bermaqam pada jantung hamba.” Maka berzikirlah ia daripada Maghrib sampailah ia pada waktu Isya’.

5. Setelah sampai pada waktu Isya’, maka berdenyut-denyutlah dadanya di sebelah kanan. Tatkala itu maka nyatalah ia waktu Isya’ itu pada limpanya. Maka bersyukurlah ia ke Hadhrat Allah Ta’ala. Katanya, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Dengan kerana Mu aku mengetahui akan segala-galanya.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sehingga sampai pada waktu Subuh. Maka kedengaranlah pada telinganya, “Ya Abdul Qadir! Di dalam lima waktu itu bahawasanya terhimpun ia di dalam waktu Subuh.”

Maka telah nyata kedudukan maqam lima waktu itu pada diri kita oleh itu tiada boleh dinafikan tiap-tiap sesuatu itu. Bukannya kehendak ilmu yang luas tiada suatu pun yang boleh mengisbatkan kepada kita. Hanya pada diri kita sahaja yang boleh menandakan suatu itu di alam ini.

Maka berkata seorang ahli Sufi (Syeikh Kiryani r.a.) kepada sahabat-sahabatnya bahawasanya, “Hamba dapat mengetahui akan maqam yang lima ini adalah wujudnya pada lima haqiqat. Yang dinamai ia pada tiap-tiap waktu ini.”

1. Waktu Subuh menyatakan wujudnya Allah.

2. Waktu Dzohor menyatakan wujudnya Af'al Allah.

3. Waktu ‘Asar menyatakan wujudnya Qauli.

4. Waktu Maghrib menyatakan wujudnya Insani.

5. Waktu Isya’ menyatakan wujudnya Rasuli.

Maka berkata sahabat-sahabatnya kepada Syeikh Kiryani r.a., “Ya tuan hamba! Bolehkah tuan hamba terangkan lagi bagaimana cerita lagi di atas maqam yang lima itu? Kerana tidak sekali-kali hamba memahami dengan kata-kata tuan hamba itu!”

Maka berkatalah Syeikh Kiryani r.a. kepada sahabatnya, “Ya sahabat ku! Tiliklah keadaan diri mu senyata dahulu agar kamu dapat ketahui akan maqam yang lima itu.”

Adapun tatkala asalnya maqam yang lima waktu itu adalah diambil daripada cerita baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu. Tertulis di dalam kitab yang bernama “Darul ulum addeen”. Bahawasanya datang seorang hamba Allah mengadap baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu dengan berkata, “Ya Khalifah Amirul Mu’minin! Kenapakah waktu subuh itu tidak disamakan lima rakaat tiap-tiap waktu? Mengapakah waktu Subuh dua rakaat sahaja dan Maghrib tiga rakaat, sedangkan waktu lainnya empat rakaat?”

Maka jawab oleh baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba Sa’idah! Sebab-sebabnya waktu itu tidak sama akan rakaatnya, kerana mengikut kejadian alam ini. Tiada ia dijadikan oleh Tuhan dengan serentak. Melainkan dengan berperingkat-peringkat.”

Seperti sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku, mafhumnya :

“Ya Ali! Ketahuilah oleh mu bahawasanya tatkala asal waktu itu, diibaratkan tatkala embun tunggal setitik gugur ke bumi menandakan adanya satu waktu dua rakaat yakni Subuh. Maka tatkala asal manusia pun daripada satu yakni Adam. Inilah sebabnya Subuh itu dua rakaat. Menyatakan ia rakaat pertama itu kalimah Tauhid, yang kedua kalimah Rasul. Kalimah Tauhid itu asal daripada ibu sekalian amalan dan kalimah Tauhid juga asal daripada bapa, yakni bapa sekalian ilmu Laduni.”

“Inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku”! Maka bertanya lagi hamba Allah itu kepada baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba Amirul Mu’minin! Apakah terkandungnya di dalam kalimah Tauhid dan kalimah Rasul?” Maka jawab baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun kalimah Tauhid itu nyata ia adanya Nur Muhammad iaitu Dzat Wajibal Wujud Kholiqul’alam.”

“Maka inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku!” Maka bertanya lagi Sa’idah, “Ya Amirul Mu’minin! Bagaimana pula dengan waktu-waktu yang lain itu?” Maka berkatalah baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun waktu-waktu yang lain itu mengikut cerita Rasulullah s.a.w. kepada ku adalah seperti berikut ini :

Waktu Dzohor 4 rakaat :

1. Rakaat pertama menandakan wujudnya Dzat Allah.

2. Rakaat kedua menandakan wujudnya Sifat Allah.

3. Rakaat ketiga menandakan wujudnya Asma’ Allah.

4. Rakaat yang keempat menandakan wujudnya Af'al Allah.


Waktu ‘Asar 4 rakaat, menyatakan kepada 4 alam :

1. Rakaat pertama menyatakan kedudukan di Alam Roh.

2. Rakaat kedua menyatakan kedudukan di Alam Mithal.

3. Rakaat ketiga menyatakan kedudukan di Alam Ajsam.

4. Rakaat keempat menyatakan kedudukan di Alam Insan.


Waktu Maghrib 3 rakaat, menyatakan kepada 3 diri :

1. Rakaat pertama menyatakan hal keadaan Diri Azali.

2. Rakaat kedua menyatakan hal keadaan Diri Terperi.

3. Rakaat ketiga menyatakan hal keadaan diri terdiri.


Waktu Isya’ 4 rakaat, menandakan 4 nama bagi diri yang batin :

1. Rakaat pertama menyatakan bersifat Wujud, mengesakan Dzat Allah.

2. Rakaat kedua menyatakan bersifat Ilmu, mengetahui akan Sifat Allah.

3. Rakaat ketiga menyatakan bersifat Nur, menyatakan ia akan Asma’ Allah.

4. Rakaat keempat menyatakan bersifat Syuhud, ma’rifat akan Af'al Allah.

Maka inilah yang dinamakan Rahsia Ma’rifat. Maka bertanya lagi hamba Allah itu kepada Baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Amirul Mu’minin! Sekiranya jikalau hamba beramal dengan tiada ketahui jalan ini, apa hukumnya?”

Maka jawab Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Siapa yang mengerjakan amalan dengan tiada mengetahui akan amalan itu adalah syirik semata-mata. Dan mereka ini dijatuhkan di dalam golongan orang yang fasiq. Walau bagaimana ‘alim sekalipun, fasiq jua hukumnya. Tiadalah ia berbau akan Syurga idaman.”


Rujuklah mereka yang arif billah...

Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Ma'rifat.

Rasulullah SAW bersabda: "Firman Allah Ta'ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik." (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari).

"Guru Sufi berkata: "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya.".

"Aku adalah Kanzun makhfiyy (PERBENDAHARAAN yang tersembunyi),
Aku cinta (hubb) untuk dikenal,
maka Aku ciptakan makhluk agar mereka mengenaliKu ...
Allah Ta'ala berfirman ...
"Wahai hamba !...
Engkau tiada memiliki sesuatu pun,
kecuali apa yang Aku kehendaki untuk menjadi milikmu ..
Tiada juga engkau memiliki dirimu,
Kerana Akulah Maha PenciptaNya,
Tiada pula engkau memiliki jasadmu,
Maka Akulah yang membentukNya,
Hanya dengan pertolonganKu,
engkau dapat berdiri
dan dengan "kalimah-Ku"
engkau datang ke dunia ini ..
Wahai hamba !...
Katakanlah TIADA NYATA HANYA ALLAH,
kemudian tegaklah berdiri di jalan yang benar,
maka tiada Tuhan melainkan Aku ..
dan tiada pula wujud sebenarnya wujud kecuali untuk-Ku,
dan segala yang selain daripadaKu,...
adalah dari buatan tanganKu
dan dari tiupan Ruh-Ku ..
Wahai hamba !...
Segala sesuatu adalah kepunyaanKu,
BagiKu dan untukKu,
Jangan sekali-kali engkau merebut apa yang menjadi kepunyaanKu ...
Kembalikan segala sesuatu kepadaKu,
niscaya akan Kubuahkan pengembalianmu dengan tangan-Ku,
dan Kutambah padanya dengan kemurahanKu,
Serahkan segala sesuatu kepadaKu,
niscaya Ku-selamatkan engkau dari segala sesuatu ..
Ketahuilah,...
bahawa hamba-Ku yang terpercaya adalah
yamg mengembalikan segala yang selainKu kepadaKu,
Tengoklah dengan pandangan tajam kepada Ku,
bagaimana cara Ku melakukan pembagian,
niscaya engkau akan melihat pemberian dan penolakan
merupakan dua bentuk yang di-asma-kan,
agar dengan demikian engkau mengenalKu ..
Wahai hamba ! ...
Sesungguhnya engkau telah melihat Daku sebelum dunia terhampar
dan engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat ..
dan kepadaKulah engkau akan kembali,
Kemudian Aku ciptakan sesuatu untukmu
dan Aku labuhkan tirai (hijab) atasmu ..
Lalu engkau pun tertutup dengan tirai dirimu sendiri
kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain,
yang mana diri-diri yang lain itu menyeru kepadamu dan pada dirinya
dan menjadi penghijab daripadaKu,..
Setelah semuanya itu,..
maka Aku pun kembali menyata di balik semuanya itu,
dan dari belakang semuanya itu
Kuperkenankan akan diriKu;
Ku katakan kepadamu ...
Bahawasanya Akulah Maha Pencipta;
Akulah yang menciptakan kesemuanya itu
dan bahawasanya Aku menjadikan engkau khalifah atas semuanya itu
dan ketahuilah,...
bahwa kesemuanya itu adalah amanah pada sisimu,..
dan diharuskan kepada pengembalian amanah itu untuk
mengembalikannya,...
Maka telitilah dirimu setelah engkau mempercayaiKu,
sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepadaKu
dan sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat
denganKu ?"
"Dan barangsiapa yang menepati janjinya kepada Allah,
maka Allah akan memberinya pahala yang besar."
(Al-Fath:10).

Berkata Syeikhul Islam (rh) dalam kitab SYARAH HUKUM IBNU RUSLAN: Apa yang dimaksudkan dengan hakikat itu ialah ilmu laduni yang bercahaya (nurani) yang diajarkan oleh Allah Taala kepada segala roh sewaktu terucap perkataan Allah Taala kepada mereka itu..

الست بربكم قالوابلى شهدنا

ertinya: (Allah bertanya) "bukankah Aku ini Tuhan kamu"? (maka sembah segla roh ) "bahkan,betul,Engkau Tuhan kami" ( surah Al-A raaf):172).



Dan lagi di isyaratkan kepada segala roh dengan firmaNya:

وعلم ءادم الاسماءكلها....

ertinya: Dan Dia telah mengajarkan kepada Nabi Allah Adam (as) nama nama (benad benda) seluruhnya" surah AlBaqarah..31)

Tetapi rahsia itu tersembunyi dalam roh dan tertutup oleh sebab memandang wujud yang gelap dengan berasa bimbang dengan kerenah hawa nafsunya,Apabila hilang hal hal sedemikian,maka dengan taufik (kekayaan) Allah Taala,nescaya zahirlah rahsia ilmu hakikat,inilah maksud yang di sabdakan oleh Nabi kita Muhammad (saw):

من عمل بماعمل ورثه الله علم ما لم يعلم

ertinya: Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahui,nescaya Allah Taala mempusakakanya ilmu yang tidak diketahuinya(iaitu mendapat ilmu itu tampa dia bersusah payah belajar)...."

Oleh itu Allah Taala akan membukakan dalam hatinya itu taufik sedemikian dengan mendatangkan kepadanya segala makhluk sehingga surga pun didatangkan juga.

Oleh itu,jelaslah pada kita bahawa ada ilmu yang di suruh oleh Allah Taala dan RasulNya menyembunyikanya daripada pengetahuan orang yang bukan ahlinya degan berdalilkan Al Quran dan Hadis serta asar (bekas) sahabat dan pandangan Ulamak yang tersebut itu.Jadi terbatallah perkataan orang yang mengatakan,sesungguhnya Nabi dan Ulamak itu tidak ada menyembunyikan ilmu berdasarkan dalil tersebut.

Ilmu yang disembunyikan itu ialah ilmu haqiqat,Oleh sebab itu,tidak harus sama sekali bagi Salik membaca kitab ilmu haqiqat sebelum ia tetap dalam syariat dan tarikat dan juga sebelum ia menerima talqi(terima ijazah) daripada guru yang pakar,yang wasil ( yang sampai kepada Allah) lagi Mursyid Kamil Mukamil,juga sebelum kuat fahamannya (cukup faham) untuk menerima ilmu haqiqat.Ini amat penting kerana hal yang demikian itu akan menyebabkan ia terjerumus ke arah kesesatan selama lamanya.Hal ini juga menyebabkan ia tidak dapat mencari jalan keluar sehingga ia mendakwa sesuatu hal yang di ada adakannya tampa dalil dan mengiktikadkan segala iktikad yang tidak layak pada Hal Taala.Se,uga dilindungi Allah Taala akan kita daripada perkara sedemikian.

MAKA BERBAHAGIALAH BAGI SAUDARA YANG MENUNTUT DAN BERUSAHA MENDAPATKAN RAHSIA YANG TERSEMBUNYI ITU SUPAYA DAPAT MENJADI AHLINYA DAN BEROLEH KEMENANGAN DI AKHIRAT......amin

Ketahuilah sesungguhnya segala ilmu Fakir yg tersebut dalam salinan saya adalah rahsia yg amat halus dan perkataan yg digunakan pun amat dalam.Tidak ada sesiapapun yg dapat memahaminya melainkan ulamak yg rasikh (yang dalam dan teguh ilmunya) atau pengertian lain yg tetap terdahulu cahcayanya daripada perkataanya kerana ilmu yg fakir ini adalah rahsia Nabi2 dan wali2 yg diwarisi oleh mereka yg mengelami apa2 yg diamalkan oleh nabi2 yg lain teristimewa serta mengerjakan perkara yg diketahuinya,sepertimana firman Allah Taala:-

وتلك الامثل نضربها للناس ومايعقلها الا العلمون

Ertinya"segala misalan itu kami misalkan kepada seluruh manusia dan tidak ada yg memahaminya melainkan orang2 yang alim ( surah Al Ankabut,ayat 43).

Tidak dibenrkan oleh undang2 syara menyatakan,membukakan,dan menzahirkannya kepada orang yg bukan ahlinya kerana akal mereka itu tidak sampai ke arah pengetahuan tersebut,sebagaimana sabda Nabi (saw):-

نحن معاشرالا نبياء أمرناأن نكلم الناس قدرعقولهم

Ertinya"Kami golongan Nabi2 diperentahkan oleh Allah Taala kpd kami semua supaya berkata kpd semua manusia mengikut keupayaan penerimaan akal mereka.Lagipun kalau akal mereka tidak sampai ke arah memahaminya,maka sudah tentu mereka akan menimbukan fitnah ke atas kami"

ما حدث أحد قوما بحدث لا يبلغه عقولهم الا كان فتته علهم

Sabda Nabi (saw)..Ertinya Tidak akan berkata sesuatu kaum dengan perkataan yg tidak sampai kepada akal mereka itu melainkan mereka memberi fitnah ke atas mereka (sesuatu kaum).

Sabda Nabi yg diertikan " Sesungguhnya ilmu itu keadaanya seperti mutiara yg tersimpan dalam hidangan perut ibunya,tidak ada sesiapa yg mengetahuinya melainkan orang2 yg berilmu dgn Allah"

Orang2 yg berilmu dengan Allah ( Al-Alimuna Billah) itu ialah orang2 yg mengenal Zat Allah,Sifat2Nya,nama2Nya dan segala perbuataNya malah ilmu mereka berserta dgn Allah Taala dan mengamalkan apa yg diketahuinya tampa mencederakannya walau sedikit pun.

Menurut kata Imam Ghazali dalam kitabnya,Ihya Ulumiddin"sesungguhnya dilarang menceritakan rahsia itu kerana kecetekan fahaman (pengetahuan orang2 awam) untuk menerimanya.

Berkata Imam Ghazali (ra)"Tidak syak lagi,sesungguhnya Rahsia itu tertakluk kpd segala faedah yang ada dalam agama dan tidak terlepas daripada menzahirkanya kpd orang lain ia itu kpd.ahlinya"

Sunday 21 February 2016

CERMINAN DIRI



Wanita paruh baya itu terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin, nafas yang terengah engah dan badan yang menggigil kuat bukan karena AC di kamarnya yang dingin tapi karena mimpi yang sama dengan tiga malam yang lalu. Diliriknya jam beker disamping kasur, jam 1 dini hari, disebelahnya sang suami masih pulas terlena dengan buaian malam. Wanita itu mencoba bangun meski sekujur tubuhnya lunglai seperti tak bertulang dan dengan sisa kemampuannya, ia berusaha untuk membuat otaknya menganalisa apa yang telah terjadi malam ini.
Ya...ini sudah malam ke empat, ia bermimpi sangat menyeramkan. Di dalam mimpinya, ia melihat sosok dirinya yang betul-betul aneh. Semua organ tubuhnya berubah menakutkan, bola matanya menjadi  sebesar bola tennis, telinganya seperti telinga keledai tapi panjangnya sampai menyentuh lantai, mulutnya menganga dengan lidah terjulur keluar dan meneteskan cairan seperti nanah tapi lebih busuk baunya. Tangan-tangan halusnya mendadak berubah penuh kutil yang mengalirkan darah dan kaki-kaki jenjangnya menjadi bengkak dan semakin besar kalau ia berjalan. Astaghfirullahhaladziem..... istighfarnya dengan hati serta mulut yang tergagap. Berulang kali wanita paruh baya itu beristighfar sampai tak disadarinya, ia telah bercucuran air mata.
Ia mencoba mengingat kembali semua yang pernah dilakukannya dan seperti menonton sebuah film, semua diputar ulang, sampai kejadian kecil pun tak ada yang terlewatkan. Dia teringat bagaimana ia menggunakan matanya hanya untuk mengagumi perhiasan, koleksi mode terbaru, bahkan untuk membaca berita-berita yang seharusnya masuk ke tong sampah, Pernah juga untuk membaca ayat-ayat Al Quran tapi itu pun dilakukannya sepintas lalu saat dalam pengajian bulanan. Wanita itu tersadar ia hanya bisa menggunakan mulutnya untuk ghibah, ngerumpi, ngegosip, berbohong, menceritakan kejelekan teman-temannya, kadang untuk menghasut sampai memfitnah. Kalau pun untuk mengaji, menyebut keagungan asma Allah SWT, hanya dilakukan karena kebiasaan dan bukan karena kebutuhan yang didasari karena penghambaan serta keihklasan terhadap Allah Sang Maha Memiliki.
Bagaimana dengan telinga yang selama ini hanya dipakainya untuk mendengar gosip dan kabar yang tak terbukti benar. Begitu juga dengan tangannya yang selama ini dipakai untuk menggelapkan uang koperasi yang diamanahkan kepadanya, kedua tangannya sering dimanfaatkan untuk menolong temannya tapi niatnya riya' dan ingin disebut ringan tangan.
 Ia tersadar untuk yang kesekian kalinya, bahwa ia tidak hanya memperkosa tangannya tapi juga memperkosa hatinya dengan riya' dan pamrih. Wanita paruh baya itu memegang kakinya dan dibenaknya teringat bagaimana ia memaksa kakinya untuk melangkah ke mall, ke rumah temannya sekedar untuk menanyakan apakah ada gosip terbaru, kadang juga ke pengajian tapi untuk pamer koleksi perhiasan atau busana muslimnya yang teranyar.  
Astaghfirullahhaladziem..... lirih ia ucapkan dengan hati yang sedari tadi tidak berhenti istghifar, teringat ia dengan ceramah Ustadz Rahmad, seminggu yang lalu... arti dari syukur adalah menggunakan atau mengolah nikmat Allah SWT sesuai dengan tujuan dianugerahkannya. Lawan katanya adalah kufur yang berarti tidak mensyukuri nikmat Allah Sang Maha Pemurah, dan orangnya disebut kafir. Kita dianugerahi kesehatan, tapi apakah kita sudah menggunakannya untuk shalat tepat waktu begitu azan berkumandang, kita dianugerahi hati yang fitri oleh Allah SWT tapi kenapa kita mengotorinya dengan riya', iri, dengki, takabur, buruk sangka dan berbagai macam penyakit. Begitu juga dengan dua mata normal pemberian Allah Sang Maha Kuasa, apakah kita sudah memanfaatkannya untuk membaca, mempelajari, memahami dan menerapkan ayat-ayat suci Allah SWT dalam hidup kita, sudahkah kita memanfaatkan mata ini untuk membaca buku-buku religi yang bisa meningkatkan kualitas keimanan, kecintaan serta ketakwaan kita kepada Sang Khalik ataupun yang bisa membuat kita memperbaiki akhlak kita. Bagaimana dengan telinga ibu-ibu bapak-bapak, apakah sudah dipakai untuk mendengar hal-hal yang baik dan benar, mendengar keagungan ayat-ayat Allah yang Maha Penyayang, sama halnya dengan mulut apakah sudah dimanfaatkan untuk berbicara yang benar yang tidak menyakiti dan mendzalimi orang lain, untuk menyampaikan kebenaran Illahi Robbi? Dua tangan kita apakah sudah digunakan untuk berdoa, berdziqir, bersedekah, bekerja dengan ikhlas Lillahi Ta'ala, dan juga untuk membantu sesama tanpa pamrih. Kedua kaki kita, apakah selama ini dilangkahkan ke tempat-tempat yang diridhoi Allah Sang Maha Tahu???  
Seperti yang disebutkan dalam surah Ibrahim (14):7 Allah berfirman, " Sesungguhnya jika engkau bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmatmudan bila kamu mengingkari, maka siksaKu amatlah pedih." Jadi ibu-ibu bapak-bapak, kalau kita belum bisa memanfaatkan pemberian-pemberian Allah Yang Maha Kaya sesuai dengan tujuan pemberiannya dan yang diridhoiNya, maka kita termasuk *kafir, walaupun kita percaya kebenaran Al Quran, mendirikan shalat dan berpuasa sekalipun.
Lalu kita harus ingat firman Allah SWT dalam  surah Al Israa' (17):36 Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
surah Yaasin (36):65 Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah tangan mereka kepada Kami dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka lakukan.
Tergetar hati wanita itu, Allahu Akbar serunya lirih.... nikmatMu tidak hanya materi, harta, anak, suami, jabatan tapi yang dianggap sepele pun sebenarnya adalah nikmatMu yang terbesar yaitu, kesehatan, qolbu/hati, mata, mulut, telinga, tangan dan kaki. Dan kenikmatan yang tampak kecil itulah yang sering ia kufuri dan jika tiba saatnya nanti, kenikmatan-kenikmatan yang terlupakan itulah yang menjadi saksi atas perbuatannya.
Dalam isak tangisnya seperti ada "sosok" yang begitu kuat yang memaksanya bersujud, lalu lisan wanita paruh baya itu lirih berucap....
Ya Allah yang Maha Pengampun, ampunilah hambaMu ini yang belum pandai mensyukuri nikmatMu...
Ya Allah yang Maha Pengampun, ampunilah hambaMu ini yang sudah menggunakan limpahan nikmatMu untuk bermaksiat dan mendurhakaiMu...
Ya Allah yang Maha Penyayang, ampunilah hambaMu ini yang selalu menggunakan nikmatMu untuk mendzalimi dan menyakiti orang lain...
Ya Allah yang Maha Penyayang, ampunilah hambaMu ini yang telah mengotori nikmatMu dengan kesombongan, riya', iri, dan dengki....
Suara adzan shubuh berkumandang dari masjid seberang, tak terasa berjam-jam wanita paruh baya itu menangisi kekhilafannya, muhasabah dan beristighfar kepada Sang Maha Pengasih. Buru-buru ia mengusap air matanya sembari tersenyum ia berucap terima kasih Ya Allah Yang Maha Baik atas hidayahMu yang luar biasa ini, terima kasih Ya Allah Yang Maha Pemberi Nikmat atas cinta, kasih sayangMu yang tak pernah henti Engkau limpahkan walaupun hambaMu ini berulang kali mendurhakaiMu.
Ia pun segera beranjak wudhu dan shalat shubuh, dan doa yang keluar dari hati serta lisannya...
Ya Allah Yang Maha Pandai, ajarilah hamba untuk bisa mensyukuri nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan bapak ibuku, bimbinglah hamba untuk bisa berbuat kebaikan di jalanMu dan sertakanlah hamba ke dalam golongan hamba-hambaMu yang selalu berbuat baik.....
Ya Allah Yang Maha Mampu Melakukan Segalanya, berikanlah hamba kekuatan, kemampuan serta kemudahan untuk bisa menggunakan qolbu, mata, lisan, telinga, tangan dan kaki yang telah Engkau anugerahkan kepadaku untuk berbakti kepadaMu.....
Ya Allah Yang Maha Pelindung, hindarkanlah hamba dari golongan orang-orang yang Engkau murkai, golongan orang-orang yang kufur nikmat, golongan orang-orang munafik yang selalu mendzalimi menyakiti dirinya dan orang lain....
Ya Allah Yang Maha Kuasa, hamba mohon jangan Engkau palingkan diri ini dari hadapanMu dan jangan Engkau sesatkan hati ini dari hidayahMu....
Hanya Engkaulah sebaik-baik Penolong, Pelindung, Pemelihara kami dengan segala kecukupan, kasih sayang, kebaikan-kebaikan, ampunan serta berkah yang tak pernah lelah dan pamrih Engkau anugerahkan bagi hamba...
Amiin Ya Rabbal Alaamiin......

 Oleh : diah arie setiawati  

MUHASABAH DIRI

 
Tuhanku,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas
Tuhanku
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU
Tuhanku…………..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini…
Hati yang telah terkotori oleh noda ini…memiliki keninginana setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???
Tuhan…Kami semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU
Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku….
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya
Mungkin tanpa kami sadari , kamu pernah melanggar aturanMU
Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Tuhan percayakan kepada kami…Ampunilah kami
Pertemukan kami dalam syurga MU dalam bingkai kecintaan kepadaMU
Tuhanku….Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Atau….dalam maksiat kepadaMU “Ya Tuhanku Tutuplah untuk kamu dengan sebaik-baiknya penutupan !!”
Dari saudara untuk saudara “Perbaiki diri Serulah Orang Lain”


DOA DIKALA KERAGUAN MENJELMA

 
 


Do'a dikala ragu akan dirinya...:)  
 
Bagi yang sedang bimbang oleh sang kekasih, nih ada do'a yang bagus untuk diamalkan. Selamat Mengamalkan ya....:)
Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

----------------------------------------
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
----------------------------------------

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh

Amin... Ya Rabbal 'Alamin  

CINTA HAMBA PADA ILAHI.

Bila Aku Jatuh Cinta   
 
Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau
Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh
Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu
Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu
Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Amin !
- See more at: http://www.dudung.net/artikel-islami/bila-aku-jatuh-cinta.html#sthash.ylnRSQrb.dpuf

SOLUSI ISLAM UNTUK MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL

SOLUSI ISLAM UNTUK MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL    

  
Islam sebagai satu-satunya ad-dien yang Alloh Swt ridloi dan pilih bagi umat manusia sejak era Nabi Adam As dan disempurnakan para era kerasulan Muhammad Saw dimaksudkan untuk meregulasi tatanan kehidupan manusia agar selamat baik di dunia maupun akhirat. Sebagai sebuah sistem, dienul-Islam yang mencakup aqidah, akhlaq dan syari’at merupakan undang-undang ilahiyah berisi berbagai aturan kehidupan.

Diantara keagungan sistem Islam adalah sistem perekonomian yang sering kita sebut dengan ekonomi syari’ah. Jika instrumen ekonomi syari’ah diimplementasikan, maka beberapa masalah krusial perekonomian bisa diantisipasi sehingga tidak menimbulkan krisis ekonomi maupun finansial sebagaimana yang saat ini tengah terjadi.

Beberapa instrumen ekonomi Islam diantaranya adalah zakat serta sistem mata uang dinar dan dirham yang telah terbukti mampu mengatasi berbagai gejolak perekonomian maupun finansial, sebagaimana telah dibuktikan dalam sejarah masa kejayaan Islam ketika institusi kepemimpinan Islam (khilafah) masih berdiri.

ZAKAT
Zakat sebagai salah satu pilar (rukun) Islam merupakan instrumen strategis dari sistem perekonomian Islam yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap penanganan problem kemiskinan serta problem sosial lainnya, karena zakat dalam pandangan Islam merupakan “hak fakir miskin yang tersimpan dalam kekayaan orang kaya’.  

Sebagai sebuah kewajiban, maka zakat merupakan kewajiban minimal dari harta seorang muslim, yang menurut DR. Didin Hafidhuddin “zakat adalah batas kekikiran seorang muslim”.

Menurut DR. Yusuf Al-Qardhawi, zakat merupakan suatu sistem yang belum pernah ada pada agama selain Islam juga dalam peraturan-peraturan manusia. Zakat mencakup sistem keuangan, ekonomi, sosial, politik, moral dan agama sekaligus. Zakat adalah sistem keuangan dan ekonomi karena ia merupakan pajak harta yang ditentukan. Sebagai sistem sosial karena berusaha menyelamatkan masyarakat dari berbegai kelemahan. Sebagai sistem politik karena pada asalnya negaralah yang mengelola pemungutan dan pembagiannya. Sebagai sistem moral karena ia bertujuan membersihkan jiwa dari kekikiran orang kaya sekaligus jiwa hasud dan dengki orang yang tidak punya. Sebagai sistem keagamaan karena menunaikannya adalah salah satu tonggak keimanan dan ibadah tertinggi dalam mendekatkan diri kepada Alloh Swt.

Zakat tidak hanya difahami secara sempit yang hanya ditunaikan setahun sekali pada momentum bulan Ramadlan melalui pembayaran zakat fitrah, akan tetapi ruang lingkup zakat sangatlah luas. Selain zakat fitrah, seorang muslim yang telah masuk pada kategori ‘muzzaki’ yang kekayaannya telah mencapai ‘nishab’ (jumlah minimal yang harus dipenuhi sebelum mengeluarkan zakat yaitu senilai 85 gram emas) dan harus dibayarkan setiap tahun, juga wajib menunaikan zakat maal (zakat kekayaan) yang menurut DR. Yusuf Al-Qardhawi meliputi: Zakat binatang ternak; Zakat emas dan perak/zakat uang; Zakat kekayaan dagang; Zakat pertanian; Zakat madu dan produksi hewani; Zakat barang tambang dan hasil laut; Zakat investasi pabrik, gedung, dll; Zakat pencarian dan profesi; serta Zakat saham dan obligasi.

Secara teknis, pemungutan dan pendistribusian zakat akan sangat efektif jika dilakukan oleh sebuah lembaga yang mempunyai otorisasi serta kekuatan memaksa dalam sebuah pemerintahan. Bagian dari institusi pemerintah yang berkompeten melakukan pemungutan zakat yaitu Badan Amil Zakat. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan Alloh Swt dalam firman-Nya dalam Surat At-Taubah (9) ayat 103:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. 

Sejarah mencatat, bahwa persoalan kesejahteraan masyarakat merupakan fokus utama kepedulian dari para pemimpin Islam. Betapa besarnya kepedulian para pemimpin Islam terhadap persoalan tersebut diantaranya diperlihatkan oleh sikap tegas Abu Bakr Shiddiq ra sebagaimana terlihat dari komitmennya melalui pidato sesaat setelah pengukuhan sebagai Khalifah pertama sepeninggal Rasulullah Muhammad Saw, dimana beliau mengatakan:
“.......yang terlemah diantara kamu aku anggap terkuat sampai aku mengambil dan memulangkan haknya, yang terkuat diantara kamu aku anggap terlemah sampai aku mengembalikan hak si lemah dari tangannya....…”. 
Komitmen serta sikap tegas Abu Bakr Shiddiq ra tersebut kemudian terlihat melalui implementasi salah satu programnya dalam penanganan zakat, dan beliau mengambil sikap tegas terhadap para pihak dari kalangan muslim yang masih enggan menunaikan kewajiban zakat. Secara konsisten kebijakan tersebut kemudian diteruskan secara estapeta oleh para khalifah sesudahnya.

Dalam implementasi sistem pemerintahan Islam, pengelolaan zakat ternyata tidak hanya mampu meminimalisir angka kemiskinan, bahkan sampai mampu mengeliminir tingkat kemiskinan dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Karena dengan zakat, status sosial warga negara yang semula merupakan pihak yang berhak menerima zakat (mustahik), berubah status menjadi pihak yang berkewajiban menunaikan zakat (muzzaki), dimana warga negara bersangkutan telah bergeser dari miskin menjadi kaya.

Sejarah monumental masa kepemimpinan Islam zaman kekhilafahan Daulat Umayyah yaitu saat Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) memimpin-yang walaupun singkat, selama 2,5 tahun (30 bulan) telah membuktikan bahwa kesejahteraan masyarakat secara merata benar-benar terwujud.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam buku “Umar bin Abdul Aziz Perombak Wajah Pemerintahan Islam”, tulisan Imaduddin Kholil yang diterbitkan oleh Pustaka Mantiq, Solo (1992) pada halaman 142-144:
“Pada masanya keamanan dirasakan oleh setiap penduduk dimanapun mereka berada di wilayah kedaulatan Islamiyah. Hampir semua warga negara menjadi kaya. Saat itu tidak lagi ditemukan fakir miskin yang berhak menerima zakat dan shadaqah. Keadaan ini membuat para orang kaya kesulitan untuk memecahkan persoalan, kewajiban yang harus ditunaikan. Kesejahteraan yang merata dapat dicerminkan lewat ucapan Yahya bin Said, amil zakat dari Khalifah untuk daerah Afrika, beliau berkata: ‘Aku diutus Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk mengelola zakat di Afrika. Setelah terkumpul semua, aku kebingungan mencari siapa yang harus kuberi. Di sana tiada seorangpun yang fakir dan yang mau menerima pemberian pembagian zakat. Itu disebabkan Umar telah membuat kaya penduduknya. Dan akhirnya zakat itupun kupakai untuk menebus para budak, membebaskan mereka dan menggabungkannya dengan para muslimin yang lain’.

Problem kemiskinan yang semakin hari semakin tak terkendali, sesungguhnya terletak pada besarnya ketimpangan (disparitas) kekayaan antara yang kaya dan miskin. Dalam pengimplementasian zakat, persoalan pendistribusiannya yang tepat sasaran sesuai dengan para fihak yang berhak menerimanya sesuai dengan yang telah ditetapkan Al Quran akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya mendokrak tingkat kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat yang masih terbelit dengan belenggu kemiskinan harta.

Dalam pandangan Islam, sasaran zakat merupakan hal sangat penting, sehingga terdapat hadits yang menjelaskan bahwa untuk menentukan sasaran zakat seakan-akan Alloh tidak rela bila Rasulullah Saw sendiri yang menetapkannya, sehingga Alloh Swt menurunkan ayat ke-60 dalam Al-Quran Surat At-Taubah, dimana disebutkan 8 sasaran (asnaf) untuk pendistribusian zakat yaitu:
(1) Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya;
(2) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, "Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling minta-minta agar diberi sesuap atau dua suap nasi, satu atau dua biji kurma, tapi orang miskin itu ialah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan kemudian diberi sedekah, dan merekapun tidak pergi meminta-minta pada orang".
Berkenaan dengan golongan fakir dan miskin, DR. Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan beberapa hal:
  • Fakir miskin hendaklah diberikan harta zakat yang mencukupi kebutuhannya sampai dia bisa menghilangkan kefakirannya. Bagi yang mampu bekerja hendaknya diberikan peralatan dan lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi yang tidak mampu lagi bekerja (orang jompo, cacat fisik), hendaknya disantuni seumur hidupnya dari harta zakat;
  • Dengan demikian jelas bahwa tujuan zakat bukanlah memberi orang miskin satu atau dua dirham, tapi dimaksudkan untuk memberikan tingkat hidup yang layak. Layak sebagai manusia yang didudukan Alloh Swt sebagai khalifah di muka bumi, dan layak sebagai muslim yang telah masuk ke dalam agama keadilan dan kebaikan, yang telah masuk ke dalam ummat pilihan dari kalangan manusia;
  • Tingkat hidup minimal bagi seseorang ialah dapat memenuhi makan dan minum yang layak untuk diri dan keluarganya, demikian pula pakaian untuk musim dingin dan musim panas, juga mencakup tempat tinggal dan keperluan-keperluan pokok lainnya baik untuk diri dan tanggungannya.
(3) Pengurus zakat (Amil zakat): adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, dimana Alloh Swt menyediakan upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan. Dimasukkannya amil sebagai ashnaf menunjukkan bahwa zakat dalam Islam bukanlah suatu tugas yang hanya diberikan kepada seseorang secara individu, tapi merupakan tugas jama’ah bahkan menjadi tugas negara.
(4) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
(5) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
(6) Orang yang berhutang (gharimin): yaitu orang yang berhutang untuk kemaslahatan sendiri (seperti untuk nafkah keluarga, sakit, mendirikan rumah dsb). Termasuk didalamnya orang yang terkena bencana sehingga hartanya musnah. Juga orang yang berhutang untuk kemaslahatan orang lain, seperti untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
(7) Untuk kepentingan sabilillah (pada jalan Allah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Diantara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
(8) Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) yang perjalannya tidak dimaksudkan untuk maksiat dan dia mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
Pengimplementasian zakat yang profesional, transparan dan akuntabel akan berimplikasi terhadap lancarnya perputaran perekonomian, karena dengan memobilisasi potensi dana umat dari zakat tersebut harta tidak lagi hanya berputar di kalangan para pihak yang memiliki kekayaan saja, akan tetapi terdistribusi secara adil. Pendistribusian zakat secara tepat sasaran juga dapat memberikan akses produktif bagi orang-orang miskin.

Pada sisi ini kita dapat melihat bahwa betapa indahnya ajaran Islam yang sangat peduli terhadap persoalan sosial kemasyarakatan.



SISTEM MATA UANG DINAR DAN DIRHAM
Instrumen kedua yang sangat strategis dalam perekonomian Islam adalah sistem mata uang dinar dan dirham. Hal ini mengingat bahwa sistem moneter dalam Islam adalah berbasis emas dan perak. Diterapkannya sistem perdagangan dengan menggunakan emas dan perak dalam mata uang dinar (Gold dinar) dan dirham dalam kekhilafahan Islam telah membuktikan terkendalinya angka inflasi.

Inflasi sesungguhnya merupakan suatu kemudlaratan ekonomi yang sejatinya harus ditekan, karena dengan terjadinya inflasi berarti telah terjadi sebuah fenomena yang signifikan terhadap meningkatnya kemiskinan masyarakat. Dengan demikian, maka penerapan sistem mata uang dinar dan dirham secara luas, akan ikut mengurangi tingkat inflasi yang selama ini terus membayangi sistem perekonomian berbagai negara akibat penerapan sistem ekonomi konvensional (kapitalisme) yang menggunakan uang kertas (fiat money) yang tak terkendali. Sehingga berkurangnya angka inflasi sebagai dampak positif dari diterapkannya gold dinar, sesungguhnya merupakan upaya menghilangkan belenggu kemiskinan masyarakat.

Dengan demikian, maka jika stabilitas perekonomian suatu negara ingin terwujud, solusi jitunya adalah dengan “bergantinya penggunaan sistem keuangan dari uang kertas ke uang emas”. Kita yakin bahwa sejalan dengan akan kembalinya kejayaan Islam dan umatnya untuk kali ke dua, penerapan kembali dinar dan dirham juga merupakan suatu keniscayaan, karena penerapan dinar akan menciptakan kemashlahatan dan keadilan ekonomi.

Jika kita simak, ternyata dengan diterapkannya mata uang dinar dan dirham akan didapatkan beberapa keunggulan, baik secara mikro maupun makro ekonomi, diantaranya:
  • Gold dinar memiliki stabilitas tinggi yang nilainya tidak fluktuatif sehingga jika dikomparasi dengan mata uang lainnya tidak akan terdepresiasi bahkan terus terapresiasi. Sejarah telah membuktikan bahwa pada zaman Nabi Muhammad Saw, harga seekor ayam harganya satu dirham, dimana dengan uang yang sama (satu dirham saat ini setara dengan tiga gram perak), seekor ayam masih bisa kita dibeli. Hal ini membuktikan bahwa emas (dinar) dan perak (dirham) merupakan extra ordinary currency (anti inflasi). Sehingga pada masa kerasulan Muhammad Saw yang dilanjutkan oleh Khulafaur-Rasyidin dan para Khalifah sesudahnya dalam pengelolaan pemerintahannya sangat jarang terjadi resesi ekonomi.
  • Gold dinar merupakan mata uang yang berbasis komoditi (commodity money), karena adanya keseimbangan antara nilai instrinsik dengan nilai nominal yang terdapat pada gold dinar. Bahkan nilai instrinsik dari gold dinar merupakan garansi dan perlindungan jika terjadinya situasi eksternal yang tidak diinginkan.
  • Penerapan dinar dan dirham akan terhindarkan dari upaya menjadikan uang sebagai komoditas. Krisis ekonomi global saat ini diantaranya terjadi karena tidak difungsikannya secara penuh uang sebagaimana mestinya sebagai alat tukar, akan tetapi telah bergeser menjadi komoditas yang diperjualbelikan sehingga sangat menguntungkan bagi para spekulan pada berbagai transaksi maya di pasar uang. Kondisi tersebut akan menguntungkan bagi para pihak yang memiliki dana banyak untuk mengendalikan pasar uang, sehingga terjadilah ketergantungan suatu negara yang labil dalam hal politik maupun ekonominya terhadap negara yang memiliki power. Secara politis, penerapan gold dinar dalam sistem keuangan suatu negara akan memandirikan suatu negara, sehingga tidak lagi tergantung pada dominasi negara luar. Karena penerapan sistem ekonomi dengan menggunakan keuangan gold dinar, berarti menerapkan sistem ekonomi berbasis keadilan (fairness), yang mana faktor keadilan ini tidak dimiliki oleh sistem manapun selain sistem Islam.
  • Tidak seperti halnya mata uang kertas yang sangat mudah untuk dipalsukan, maka penggunaan gold dinar dapat menghilangkan upaya pemalsuan uang dari pihak-pihak tertentu.
Tidak terjadinya jurang pemisah yang sangat lebar antara si kaya dan si miskin dengan terdistribusinya pendapatan melalui pengelolaan zakat yang tepat sasaran serta diberlakukannya mata uang dinar dan dirham akan menjadikan sebuah keseimbangan antara sektor finansial dengan sektor riil, karena jumlah uang yang beredar sama banyaknya dengan nilai barang dan jasa dalam perekonomian, sehingga perkembangan sektor keuangan tidak akan berjalan sendiri, tanpa terkait dengan sektor ril. Hal ini akan berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi sekaligus terciptanya stabilitas ekonomi masyarakat.

Dalam ekonomi Islam, sektor finansial selalu mengikuti pertumbuhan sektor ril. Inilah perbedaan konsep ekonomi dalam Islam dengan konsep ekonomi konvensional yang kapitalistik, dimana dalam ekonomi kapital, pemisahan antara sektor finansial dengan sektor ril merupakan keniscayaan. Implikasi dari adanya pemisahan itu, maka ekonomi dunia sangat rawan terhadap gonjang-ganjing krisis. Hal ini disebabkan pelaku ekonomi menggunakan uang tidak untuk kepentingan sektor ril, tetapi untuk kepentingan spekulasi mata uang semata. Akibat adanya spekulasi tersebut, maka jumlah uang yang beredar sangat tidak seimbang dengan jumlah barang pada sektor ril.

Dengan diterapkannya sistem ekonomi syari’ah, maka kita akan terhindar dari gharar (spekulasi); maisyir maupun riba, sehingga keberkahan Alloh Swt akan dirasakan bersama, sebagaimana yang Alloh Swt ingatkan dalam Al Quran Surat Al A’raf ayat 96:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Dalam menghadapi berbagai malapetaka (fitnah) sekarang ini, terutama menghadapi krisis ekonomi global yang konstelasinya cenderung terus memburuk, beberapa peringatan dari lisan seorang yang suci, Muhammad Saw kiranya perlu kita renungkan bersama:

Peringatan Pertama : Hadits Riwayat Ibnu Majah; Al-Bazar; Al-Hakim; Al-Baihaqi dan Abu Nu’aim : “Wahai kaum muhajirin, ada lima hal yang aku berlindung kepada Alloh agar kalian tidak mengalaminya:
  • Tidaklah perbuatan keji (zina) nampak pada suatu kaum hingga mereka terang-terangan melakukannya, melainkan mereka akan ditimpa berbagai macam wabah penyakit (tha’un) dan kelaparan yang belum pernah menimpa orang-orang sebelum mereka;
  • Tidaklah suatu kaum yang mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan ditimpa ‘as-sinin’ (paceklik, kemarau panjang), sulitnya mendapatkan makanan, dan jahatnya (sikap zhalim) penguasa terhadap mereka;
  • Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta mereka, melainkan akan terhalang hujan dari langit, kalau saja bukan karena binatang, niscaya tidak diturunkan hujan atas mereka;
  • Tidaklah suatu kaum melanggar janji Alloh dan Rasul-Nya, melainkan Alloh menjadikan mereka dikuasai musuh-musuh yang bukan dari golongan mereka, kemudian musuh mereka itu akan mengambil harta yang mereka miliki;
  • Dan selama pemimpin-pemimpin mereka tidak menerapkan hukum Alloh dan memilih-milih apa yang Alloh turunkan didalam kitab-Nya, niscaya Alloh akan menjadikan al-ba’s (bala bencana, kekerasan dan keributan) terjadi di tengah-tengah mereka”.
Peringatan Kedua : Hadits Riwayat Ibnu Najar (Dalam Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal):
“Tidaklah Alloh murka terhadap suatu umat, kecuali akan dinaikkannya harga-harga, hancurnya pasar (dimana angka inflasi tinggi sedangkan daya beli masyarakat rendah) serta akan lebih banyak berbagai bentuk kemungkaran, dan semakin hebatnya penyelewengan-penyelewengan di bidang hukum yang dilakukan oleh para penguasa. Maka sebagai akibat dari kondisi seperti itu orang-orang kaya tidak lagi menunaikan kewajiban berzakat; para penguasa tidak lagi memiliki harga diri (karena hilangnya rasa malu) serta orang-orang fakir (miskin) tidak lagi melaksanakan kewajiban shalat”.
Oleh karena itu, tiada jalan lain untuk dapat keluar dari berbagai persoalan hidup termasuk krisis ekonomi global sekarang ini yaitu dengan kembali pada penerapan sistem Islam dalam berbagai lapangan kehidupan. Tiada lagi yang diagungkan kecuali hanya Alloh Swt yang dengan kegagahan-Nya berada di atas ketinggian, di atas Arsy-Nya yang agung. Dia-lah yang mengetahui berbagai kelemahan dan persoalan hamba-Nya. Dengan kasih sayang-Nya, Alloh Swt telah memilih Islam sebagai satu-satunya sistem kehidupan untuk menuntun manusia agar terselamatkan.
Mengakhiri tulisan ini, sebuah ungkapan dari Umar bin Kaththab ra kiranya perlu kita simak bersama, dimana beliau pernah berujar: “Dahulu kami adalah kaum yang paling hina, lalu kami dimuliakan Alloh dengan Islam. Andaikan kami mencari kemuliaan dengan selain apa yang Alloh muliakan, tentu Alloh akan menghinakan kami”.  


Wallohu a'lam
Oleh : Ir. H. Budi Suherdiman Januardi, MM.

Saturday 6 February 2016

10 WASIAT IMAM AS-SYAFIE

Hayati Sepuluh Wasiat Imam As-Syafie

“Barangsiapa yang ingin meninggalkan dunia dalam keadaan selamat, maka hendaklah ia mengamalkan akan sepuluh perkara”.
(Wasiat Imam as-Syafie)

Sebelum Imam as-Syafie pulang ke rahmatullah, beliau sempat berwasiat kepada para muridnya dan umat Islam seluruhnya. Berikut ialah kandungan wasiat tersebut:

Pertama: Hak Kepada Diri;
Iaitu: Mengurangkan tidur, mengurangkan makan, mengurangkan percakapan dan berpada-pada dengan rezeki yang ada.

Kedua: Hak Kepada Malaikat Maut;
Iaitu: Mengqadhakan kewajipan-kewajipan yang tertinggal, mendapatkan kemaafan dari orang yang kita zalimi, membuat persediaan untuk mati dan merasa cinta kepada Allah SWT.

Ketiga: Hak Kepada Kubur;
Iaitu: Membuang tabiat suka menabur fitnah, membuang tabiat kencing merata-rata, memperbanyakkan solat Tahajjud dan membantu orang yang dizalimi.

Keempat: Hak Kepada Malaikat Munkar dan Nakir;
Iaitu: Tidak berdusta, berkata benar, meninggalkan maksiat dan nasihat-menasihati.

Kelima: Hak Kepada Mizan (Neraca Timbangan Amal Pada Hari Kiamat);
Iaitu: menahan kemarahan, banyak berzikir, mengikhlaskan amalan dan sanggup menanggung kesusahan.

Keenam: Hak Kepada Sirat (Titian Yang Merentangi Neraka Pada hari Akhirat);
Iaitu: Membuang tabiat suka mengumpat, bersikap warak, suka membantu orang beriman dan suka berjemaah.

Ketujuh: Hak Kepada Malaikat Malik (Penjaga Neraka);
Iaitu: Menangis lantaran takutkan Allah SWT, berbuat baik kepada ibu bapa, bersedekah secara terang-terangan serta sembunyi dan memperelok akhlak.

Kelapan: Hak Kepada Malaikat Ridhwan (Penjaga Syurga);
Iaitu: Berasa redha dengan qadha’ Allah SWT, bersabar menerima bala, bersyukur ke atas nikmat Allah SW dan bertaubat dari melakukan maksiat.

Kesembilan: Hak Kepada Nabi Muhammad SAW;
Iaitu: Berselawat ke atas Baginda, berpegang dengan syariat, bergantung kepada as- Sunnah, menyayangi para sahabat dan bersaing dalam mencari keredhaan Allah SWT.

Kesepuluh: Hak Kepada Allah SWT;
Iaitu: Mengajak manusia kearah kebaikan, mencegah manusia dari kemungkaran, menyukai ketaatan dan membenci kemaksiatan.

Imam as-Syafie terkenal sebagai seorang yang paling alim di zamannya tentang makna-makna al-Quran, dianggap sebagai seorang manusia yang paling tahu tentang isi al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Beliau diiktiraf sebagai seorang ulama besar dan muktabar sehingga fatwa-fatwanya dijadikan rujukan sejak zamannya sehinggalah sekarang. Kehebatan ilmu Imam as-Syafie ini telah mengagumkan ulama-ulama besar yang lain, sehinggakan Imam Ahmad bin Hambal berkata:

“Kalaulah tidak kerana as-Syafie, tidaklah kami mengenali ilmu hadis”.

Apabila kita dapat menghayati Sepuluh Wasiat Imam as-Syafie yang dinyatakan di atas, kesimpulan yang boleh diambil dari wasiat ini adalah tentang betapa amalan soleh setiap orang mukmin itu akan menjadi perisai kepada kehidupan kita supaya terhindar dari kemurkaan Allah SWT. Wasiat ini juga menunjukkan kepada kita bahawa iman itu perlu dibentengi dengan kekuatan ilmu yang akan memastikan setiap mukmin itu sedar akan tujuan kejadiannya dan di manakah akhirnya kehidupan ini. Renung-renungkanlah!

30 wasiat Imam Syafie’

30 wasiat Imam Syafie’

5. Menziarahi Orang Sakit “Apabila salah seorang di antara kaum kerabat ataupun jiran dan saudara kamu sakit, hendaklah ringankan langkah untuk menziarahinya kerana ia disaksikan oleh malaikat dan dicintai AllahSWT .” –Imam Syafie-. Barang siapa yang menziarahi orang sakit atau menziarahi saudaranya kerana Allah SWT, maka terdengarlah suara yang memanggil dan mengatakan bagus dan bagus langkahmu dan ambillah tempat tinggalmu di dalam syurga.
6. Hindari Perasaan Marah “Marah adalah salah satu di antara panah-panah syaitan yang mengandungi racun. Oleh itu, hindarilah ia agar kamu dapat menewaskan syaitan dan bala tenteranya.” –Imam Syafie-. Apabila marah diperturutkan, ia membakar kebaikan seperti api membakar kayu dan tiada yang tersisa kecuali barah dan debu.
7. Mengasihani Anak Yatim “Kasihanilah anak yatim kerana Rasulullah SAW juga tergolong sebagai anak yatim dan baginda akan bersama-sama dengan orang yang menyayangi dan mengasihi anak yatim di akhirat.” –Imam Syafie. Membiarkan anak yatim bererti kita mengkhianati agama dan menghina mereka. Ini bererti kita turut membenci Nabi Muhammad yang juga anak yatim piatu. Bimbinglah mereka ke jalan yang diredai Allah SWT
9. Amal Soleh sebagai Perisai “Berbuatlah sebanyak-banyaknya amal soleh kerana ia merupakan pendinding dan perisai orang Mukmin dan pelindung daripada serangan iblis.” –Imam Syafie-. Semua amalan itu bukan untuk Allah SWT, tetapi untuk keuntungan pengamalnya sendiri. Allah SWT. tidak memerlukan kita dan amal soleh kita sedikit pun. Sebaliknya, kitalah yang memerlukannya.
10. Takwa Membuahkan Insan Berjaya dan Cemerlang “Takwa merupakan pakaian kebesaran dan hiasan akhlak Muslim sebenar. Ianya ibarat pokok zaitun, minyaknya membawa berkat, ianya juga memberi kejayaan dan kemenangan.” –Imam Syafie-. Nabi Muhammad pernah bersabda dalam hadis yang dinyatakan oleh Tirmizi, “Bertakwalah kamu di mana saja berada, iringilah setiap perbuatan dosa dengan amalan kebaikan yang akan memadamkan dosa itu dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”
11. Bentengi Iman dengan Lima Kekuatan “Iman mempunyai bentengnya bagi menghalang segala serangan yang cuba merobohkannya. Oleh itu, bagi menguatkan benteng iman, perlulah dibajai keimanan dengan 5 perkara iaitu yakin, ikhlas, mengerjakan amalan sunat, istiqamah beramal, bertatasusila ataupun berdisiplin di dalam mengerjakan ibadah.” –Imam Syafie-. Iman itu selepas diusahakan mencari dan menyuburkannya, wajib pula mengawal dan membentenginya daripada serangan musuh-musuh yang akan merosakkan iman. Tanpa pagar ataupun benteng yang kukuh, pasti iman terancam oleh musuhnya iaitu nafsu dan syaitan.
12. Ilmu Menenangi Hati “Ingat dan zikir kepada Allah SWT sebanyak-banyaknya kerana ia mengubati penyakit jasmani dan hati. Ia mencetuskan ketenangan hidup dan qanaah.” –Imam Syafie-. Ketenteraman hati dan ketenangan hidup adalah kuasa maha ajaib yang diperlukan dalam hidup manusia. Menjadi hukum serta prinsip alam, orang itu akan berasa aman dan tenang apabila mengetahui dan merasakan di sana ada ‘kuasa’ yang mampu mengatasi segala kebimbangan dan rasa terancam.
13. Khusyuk Zahir dan Batin “Kyusuk secara zahir adalah kyusuknya orang awam. Kyusuk secara batin adalah kyusuknya orang pilihan di sisi Allah SWT.” –Imam Syafie-. Kyusuk berlaku kerana hati ikut bermunajat, berzikir, sentiasa berdoa kepada Allah SWT
14. Awas! Kubur Menunggu Kita “Kubur adalah sebuah perhentian sementara untuk membolehkan ke satu perhentian lagi yang penuh dengan soal siasat. Oleh itu, siapkanlah jawapan yang adil dan benar menerusi amal yang benar dan taat kepada al-Haq yang tidak berbelah bagi.” –Imam Syafie-. Di dalam kubur, liang yang sangat sempit, tidak ada perbezaan antara pelayan dan majikan, kaya dan miskin. Semuanya sama. Nikmat kemewahan dan kelazatan dunia pasti berakhir dengan kematian.
15. Mematahkan Serangan Syaitan “Kita hendaklah sentiasa memohon perlindungan daripada Allah SWT. Sekurang-kurangnya, dengan mengucapkan A’uzu billahi min al-syaithan il-rajim. Jika serangan syaitan dating juga bertalu-talu dengan hebat, kita mestilah bersabar dan menyedari Allah  SWT Taala hendak menguji keteguhan sabar kita, hendak melihat ketulenan jihad kita. Ketahuilah, perang dengan syaitan itu lebih hebat daripada perang sabil.” –Imam Syafie-. Syaitan sentiasa berdendam dengan manusia. Setiap saat memerangi manusia dengan membisikkan hasutan, godaan dan tipu daya. Manusia yang mengerjakan ibadat kepada Allah SWT adalah orang yang paling dimusuhi.
16. Sebesar-besar Keaiban “Sebesar-besar keaiban (keburukan) adalah engkau mengira keburukan orang lain sedangkan keburukan itu terdapat dalam dirimu sendiri.” –Imam Syafie-. Nabi Muhammad bersabda, “Sebesar-besar keburukan apabila engkau melihat keburukan dan kekurangan yang ada pada diri orang lain sedangkan keburukan dan kekurangan yang engkau cemuh dan cela ada di dalam diri engkau sendiri.”
17. Membetulkan Hati “Hati adalah raja di dalam diri. Oleh itu lurus dan betulkan ia supaya empayar kerajaan dirimu tegak di atas al-Haq yang tidak disertai oleh iringan-iringan pasukan kebatilan.” –Imam Syafie-. Anggota lahir hanya rakyat dalam kerajaan diri yang patuh pada perintah raja. Apabila hati jahat, jahatlah seluruh anggota badan. Sebaliknya apabila hati baik, baiklah seluruh anggota badan.
18. Istighfar Menggoncangkan Kerajaan Iblis “Ketahuilah bahawa istighfar yang diucapkan dengan betul mampu membuat syaitan lari ketakutan dan menggoncang empayar iblis di istana kerajaannya.” –Imam Syafie-. Istighfar dapat melembutkan fikiran dan jiwa individu. Ia menghindarkan individu draipada terlanjur melakukan kesalahan, menyalahkan orang lain dan menyebut perkataan dan ucapan yang tidak terpuji. Sebaliknya, selalu menyebut nama-nama Allah SWT  dan terus memohon keampunan Allah SWT.
19. Indahkan Dunia dengan Maaf “Ketahuilah bahawa sebesar-besar kesenangan di dunia dan di akhirat adalah memberi maaf kepada orang lain dan melupakan terus kesalahannya, nescaya Allah SWT akan meninggikan darjatnya di sisi manusia.” –Imam Syafie-. Sifat suka memaafkan adalah perbuatan terpuji. Ia menzahirkan kebersihan hati yang suci murni. Orang yang suka memaafkan orang lain adalah hasil dorongan keredaan hatinya kepada Allah SWT.
20. Takafur sebelum Tidur “Takafurlah sebelum tidur untuk menghisab diri di atas salah dan silap semasa aktiviti pada siang hari sebagaimana Umar bin Khattab menyiasati dirinya dengan pelbagai soalan tentang dosa-dosanya pada siang hari.” –Imam Syafie-. Imbas kembali setiap gerak langkah sepanjang siang tadi. Bandingkan amalan semalam dengan amalan hari ini. Jika amalan hari ini semakin baik, itu tandanya sudah ada peningkatan takwa di dalam diri. Tidak kira sama ada amalan itu berkaitan dengan urusan hablumminallah iaitu hubungan dengan Allah  SWT ataupun hablumminannas iaitu hubungan dengan manusia.
21. Kata-kata Hikmat Imam Syafie “Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin kerana ia akan menjagamu dan membuatmu cemerlang di dunia dan akhirat, di samping ianya menjadi amalan para nabi, rasul dan orang-orang soleh.” –Imam Syafie-. Insan terbahagi kepada tida iaitu:- 1. Mereka yang mengenal Allah SWT. 2. Mereka yang mencari kebenaran. 3. Mereka yang tidak berpengetahuan dan tidak mencari kebenaran.
22. Tunaikan Sepuluh Hak “Barang siapa yang ingin meninggalkan dunia dengan selamat, hendaklah dia mengamalkan sepuluh perkara berikut:- 1. Hak diri iaitu mengurangkan tidur, mengurangkan makan, mengurangkan bercakap dan berpada-pada dengan rezeki yang ada. 2. Hak malaikat maut 3. Hak kubur 4. Hak Munkar Nakir 5. Hak mizan 6. Hak sirat 7. Hak Malik 8. Hak Ridhwan 9. Hak Rasulullah 10. Hak kepada Allah SWT…” –Imam Syafie-. Hak kepada Allah SWT  iaitu mengajak manusia ke arah kebaikan, mencegah manusia daripada kemungkaran, menyukai ketaatan dan membenci maksiat.
23. Imam Syafie dengan Pendebat “Engkau seorang manusia yang dijadikan daripada tanah dan engkau juga akan disakiti (dihimpit) dengan tanah.” –Imam Syafie-. Mengapakah iblis diciptakan daripada api dan kemudian dia diseksa pula dengan api?
24. Sepuluh Keutamaan Menghubungkan Ukhuwah “Barang siapa yang menjalin ukhuwah dan menghidupkannya, maka ia akan memperoleh sepuluh kutamaan…” –Imam Syafie-. Orang yang menghubungkan ukhuwah amat disukai Allah  SWT serta penduduk-penduduk langit. Para malaikat juga gembira.
25. Meraih Syurga Impian “Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beriman bahawa mereka akan ditinggikan darjat dan diberi kemuliaan selagi mereka menunaikan perintah Allah SWT …” –Imam Syafie-. Di depan kita terbentang dua jalan. Terpulang kepada kita jalan mana yang mahu diikuti. Tepuk dada, Tanya iman. Bukan tanya selera yang memang suka kepada nafsu.
26. Meraih Pertolongan Allah SWT “Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beriman bahawa mereka akan mendapat pertolongan Allah SWT seperti dalam firmanNya dalam surah ar-Rum ayat 47 yang bermaksud, ‘Dan adalah menjadi hak (tanggungjawab) Kami untuk menolong orang-orang yang beriman’.” –Imam Syafie-. Allah SWT juga berfirman dalam surah Ali Imran ayat 160 yang bermaksud, “Jika Allah  SWT menolong kamu, maka tiadalah yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah  SWT membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan) maka siapakah yang dapat menolong kamu selain Allah SWT.”
27. Memohon Pembelaan Allah SWT  “Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beriman bahawa mereka akan mendapat pembelaan daripada Allah SWT sebagaimana firmanNya dalam surah al-Hajj ayat 38 yang bermaksud, ‘Sesungguhnya Allah  SWT.membela orang-orang yang beriman’.” –Imam Syafie-. Iman itu sesudah diusahakan mencari dan menyuburkannya, wajib pula mengawal dan membentenginya daripada serangan musuh-musuh yang dapat merosakkan iman. Tanpa pagar ataupun benteng yang kukuh, pasti iman terancam oleh musuhnya iaitu nafsu dan syaitan.
28. Menjadi Wali Allah SWT “Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa bahawa Allah SWT akan menaiktarafkan darjat mereka sehingga ke taraf wali-wali Allah SWT selagi memenuhi syarat-syaratNya seperti dalam firmanNya dalam surah al-Baqarah ayat 257 yang bermaksud, ‘Allahlah penolong (wali) bagi orang-orang beriman’.” –Imam Syafie-. “Sesungguhnya wali-wali Allah   SWT itu adalah mereka yang tiada kekhuatiran dan tiada mereka bersedih hati iaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.”
29. Mencari Hidayah Allah  SWT“Allah  SWT. menjanjikan kepada orang-orang yang beriman akan memberi petunjuk dan jalan lurus sebagaimana firman Allah  SWT dalam surah al-Hajj ayat 54 yang bermaksud, ‘Sesungguhnya Allah SWT adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus’.” –Imam Syafie-. Lima perkara bagi mendapat hidayah Allah:- 1. Perbanyakkan menyebut Allah .SWT 2. Perbanyakkan menyebut akhirat. 3. Perbanyakkan menyebut dan mengingati kematian. 4. Jangan menyebut-nyebut kebaikan diri dan keluarga. 5. Jangan sebut-sebut keaiban orang.
30. Rezeki yang Baik dan Keberkatan “Allah  s.w.t. menjanjikan kepada orang yang beriman bahawa mereka akan memperoleh rezeki yang baik dan pelbagai keberkatan selagi mereka menunaikan perintah Allah  s.w.t. sebagaimana firmanNya dalam surah al-A’raf ayat 96 yang bermaksud,’Jikalau sekiranya penduduk kota beriman dan bertakwa pasti Kami akan melimpahkan mereka berkat dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami seksa mereka disebabkan perbuatan mereka’.” –Imam Syafie-. Quran menyebut, segala musibat yang menimpa adalah akibat daripada tingkah dan olahan manusia sendiri. Ada masanya musibat itu tidak Cuma menimpa orang yang salah tingkah (zalim) tetapi meliputi semua orang termasuk orang yang tidak bersalah.
Di petik dari buku berjudul 30 Wasiat Imam Syafie oleh Khairul Ghazali, 2006.